Cerita lebaran di Tanah Rantau #1 : Mengapa harus bersyukur, ketika tidak mudik !!!

     Barangkali menjadi sebuah kewajiban bagi seluruh rakyat Indonesia yang bergama Islam apabila Idul Fitri tiba maka saatnya mudik, berkumpul dengan seluruh kelurga besar.  Kumpul – kumpul keluarga ini merupakan kejadian langka, apalagi jika seluruh anggota keluarga kita sudah menyebar kemana – mana, maka momen lebaran inilah menjadi ajang untuk berjumpa lagi, saling berbagi cerita beserta keceriaan.


     Tapi, apa jadinya jika tidak bisa mudik.  Apa lebarannya batal??? Tidak juga.  Apa waktu berhenti berputar?? Sepertinya tidak juga.  Apa langit runtuh??? Tidak segitunya juga kali.  Apa daun jambu air depan rumahmu juga berhenti berguguran??? Ahh, emang bisa.  Nah, kalau itu semua tidak terjadi, kenapa kamu harus bersedih, bersyukurlah dengan apa yang ada sekarang.

     Kenapa aku harus bersyukur, padahal tidak bisa berkumpul dengan bapak, mama’ beserta adik – adikku di hari kemenangan ini.  Ada banyak alasan sehingga kita harus mensyukuri dalam hidup kita walaupun tidak mudik tahun ini.

1.    Tetap bisa meminta maaf dengan bapak dan mama’ via telepon
Memang akan terasa beda kata orang jika meminta maaf tidak bertatapan muka.  Yah, memang apa bedanya coba??? Tidak bisa meraih kaki dan tangan bapak dan mama’ dong, kalo cuman via telepon.  Ayolah, tidak perlu secengeng itu, bukankah sekarang jaman sudah canggih, untuk apa gadget – gadget dikumpulkan kalau tidak mengerti fungsinya.  Memang kita tidak bisa saling menyentuh lewat salam dan ciuman, tapi kita bisa bertatapan langsung, manfaatkan fasilitas skype untuk saling bertatap muka dengan orang – orang yang dicintai.  Ide bagus bukan.  Nah, sekarang sudahkah meminta maaf pada orang tuamu walaupun hanya via telepon atau skype???

Memanfaatkan gadget sebaik mungkin

Bersyukurlah, ketika kamu bisa memanfaatkan teknologi yang ada sekarang.  Coba bayangkan saudara – saudara kita yang juga ingin bersilaturrahmi dengan kedua orang tuanya tapi tidak mampu memanfaatkan teknologi dan tidak punya fasilitas untuk itu, syukurilah itu.

2.    Bisa berbagi dengan sesama yang lebih membutuhkan
Tidak mudik, bukan berarti kita tidak bisa berbagi dengan orang lain.  Caranya??? Mudah saja, uang THR-mu jangan dipakai untuk beli baju baru semua tapi sisihkan sebagian buat saudara – saudara kita yang juga butuh.  Tidak perlu dalam bentuk uang tapi bisa berupa barang seperti baju, beras, daging, kue – kue kering, minuman ataupun makanan kaleng.  Maka, lihatlah wajah – wajah sumringah dari mereka, itu adalah bentuk do’a mereka buat kita.

Credit
Coba bayangkan kalau kamu di posisi mereka, tidak punya ayah atau ibu, mesti tinggal berpindah – pindah dari satu tempat ke te tempat lainnya bahkan tidak punya tempat tinggal sama sekali.  Jadi, bersyukurlah dengan kondisimu saat ini, yang masih bisa berbagi dengan orang lain walaupun tidak banyak, tapi mampu membuat mereka bahagia.

3.    Tetap bisa menikmati hidangan khas lebaran bersama – sama
Memangnya, cuman di Makassar saja kamu bisa makan coto Makassar, burasa, lappa – lappa atau tumbu’??? Iya sih, cumann.......wow, berhentilah mengeluh.  Bukanah kamu bisa buat coto Makassar sendiri, sudah lihai bikin burasa, buat lappa – lappa atau tumbu’ bisa kamu pelajari kemudian.
Kamu malah bisa menghadirkan aroma Makassar di ranah Minang ini, terbukti khan banyak teman – temanmu yang meminta untuk dibuatkan coto Makassar, bukan suasana lebaran pun mereka tetap semangat untuk makan coto Makassar, padahal mereka bukan orang Makassar.

Ini, asli coto Makassar buatanku lho !!!
Bersyukurlah, bahwa kamu masih bisa makan daging, lihatlah saudara – saudara kita disana, jangankan makan daging, untuk makan sehari – hari saja mereka susah.  Jadi tetaplah bersyukur.

4.    Masak bareng – bareng, makan pun kompakan
Kalau tidak pulang kampung, kita tidak bisa kumpul – kumpul??? Kata siapa, buktinya rumahmu disambangi oleh teman – temanmu juga.  Bahkan kamu masak – masak bareng dengan teman – temanmu, saweran duit buat beli daging, jadi pekerjaanmu menjadi lebih ringan.  Teman – temanmu itu bukan hanya sekedar teman, tapi mereka adalah saudara paling dekat buatmu.

Merakalah kerabatku di Pariaman
Coba pikirkan, jikalau kamu sakit, tidak mungkin khan adik – adikmu yang di Makassar sana kamu mintai tolong untuk membawamu ke rumah sakit.  Tapi, teman – temanmu yang ada di kompleks inilah yang akan menolongmu. Iya khan, khan, khan. Masih mau mengelak.

5.    Bersilaturrahmi ke rumah teman – teman
Kamu pun bisa bersilaturrahmi ke rumah teman – teman yang ada di wilayah Sumatera Barat ini, selagi kamu mampu dan punya kendaraan walaupun pinjaman dari temanmu yang sedang mudik.  Itu semua harus kamu syukuri, karena pada dasarnya kamu itu mendapatkan rezeki yang melimpah dibanding orang lain, bersyukurlah.

      Yah, memang tahun ini aku tidak mudik.  Bukan, bukan karena faktor ekonomi tapi aku sudah mudik di bulan Juni kemarin.  Suatu tindakan yang menghambur – hamburkan memang jika aku tetap memaksakan diri untuk mudik lebaran kali ini.  Padahal aku masih punya rencana untuk mudik di akhir atau awal tahun depan.  Mensiasati mudik murah yah begitu, mudiknya jangan tepat di hari lebaran karena harga ticket akan mengalami lonjakan yang gila – gilaan.

     Jadi, mengapa kita mesti bersedih ketika semua orang – orang di kompleks mudik semua ke kampung halaman masing – masing, tapi kita malah tinggal di kompleks istilahnya jaga gawang.  Seharusnya kita harus mensyukuri apa yang telah terjadi dalam hidup kita saat ini.  Masih bisa menghirup udara tanpa polusi, masih diberi nikmat sehat, masih dipertemukan dengan romadhon tahun ini, masih bisa mendengar suara bapak dan mama’ di ujung telepon, masih bisa mendengar suara azan dari mushollah depan rumah dan banyak lagi nikmat Tuhan yang seharusnya kita syukuri dengan atau tanpa mudik sekalipun.

     Dan, sekarang sebelum bulan Syawal berakhir aku beserta keluarga besar memohon maaf apabila ada salah dalam berkomentar, ada perilaku yang tidak menyenangkan dari tingkah dan laku, mohon dimaafkan.  Mari kita menata diri kita agar menjadi pribadi yang lebih baik dan berharap semoga masih dipetemukan dengan romadhon tahun depan, Aamiin.

     Ini cerita lebaranku di tanah rantau, bagaimana dengan cerita kalian??? Apakah kalian mudik ataukah bernasib sama denganku alias tetap stay di perantauannya, mari kita sama – sama bersyukur :D



 Salam Cinta ^_^

Yunarty Yahya Elias
================================

2 komentar

Diyanika mengatakan...

Alhamdulillah nenekku tinggalnya nggak terlalu jauh Mbak. Ya, 2,5 jam samapi. Itu pun pantat rasanya udah pindah depan. He :)
Sukses ya Mbak untuk kontesnya.

Aty Elias mengatakan...

Alhamdulillah banget tuh mba, tapi yah di syukuri ajah pokoknya dah :D